

Bandar Lampung – Sebanyak 8 orang tewas dan 27 luka berat serta 33 orang luka ringan akibat tabrakan hebat antara KA penumpang Limex Sriwijaya de-ngan kereta angkutan batu bara rangkaian panjang (Babaranjang) di Kelurahan Kampung Baru, Kec Kedaton, Bandar Lampung, Sabtu (16/8) pukul 08.30 pagi.
Berdasarkan informasi yang diperoleh SH, korban meninggal yakni Ny Naim (22), Ny Aliyah (65), Dul Latif (74), Nur Levi (49), Franky (23), Herman (40) dan Subagyo (38) dan satu orang lagi belum teridentifikasi. Semua korban meninggal di lokasi kejadian.
Dugaan sementara, tabrakan ”adu kambing” kedua KA tersebut akibat kelalaian petugas kereta api alias faktor kesalahan manusia. Keterangan yang dihimpun SH di lokasi kejadian, saat itu KA Babaranjang dalam kondisi berhenti di rel sebelah kiri dari arah Bandar Lampung ke Palembang.
Pada saat bersamaan, datang KA Limex yang meluncur pada rel yang sama sehingga tabrakan hebat tidak bisa dielakkan. Padahal, menurut sumber-sumber di jajaran PT KA, seharusnya Limex masuk rel sebelah kanan.
Lokomotif dan dua gerbong kereta Limex penyok dan keluar dari rel. Sebagian besar dari 11 gerbong KA Limex pecah. Sementara itu, lokomotif KA Babaranjang juga penyok. Hingga berita ini
diturunkan, tercatat 68 orang korban dari kedua kereta, terdiri dari 8 orang tewas, 27 luka berat, dan 33 luka ringan. Korban yang luka-luka dirawat di sejumlah rumah sakit di Bandar Lampung.
Kepada SH, Kepala Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Bandar Lampung Kombes Syauki Achmad menyatakan, dugaan sementara tabrakan ini akibat kelalaian petugas. Namun, benar tidaknya KA Limex yang salah masuk rel, masih dalam penyelidikan. Untuk itu pihaknya sudah memanggil pihak-pihak terkait untuk dimintai keterangan. Antara lain, kedua masinis kereta dan petugas Stasiun Labuhanratu pemberi sinyal. “Mereka masih berstatus saksi, jadi belum ada yang ditetapkan menjadi tersangka,” ujar Kapoltabes di lokasi kecelakaan.
Informasi yang diperoleh SH, yang dipanggil Poltabes yakni masinis KA Limex Subandrio, asisten masinis M Utomo, kondektur Akmal, dan dua petugas KA di Kereta Limex, yakni Sukirman dan Fajar Ali. Sementara itu, dari KA Babaranjang yakni masinis Supangat, asisten Karyanto, kondektur Efan dan petugas Eko.
Lokasi kecelakaan ini hanya berjarak 100 meter dari tabrakan kereta api Fajar Utama dengan kereta Babaranjang di Kelurahan Way Kandis, Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung—sekitar 10 km sebelum Staisun Tanjungkarang--Kamis (19/5) malam, pukul 18.10.
Masih Diteliti
Menurut Kepala Humas Pusat PT KAI Adi Suryatmini, kecelakaan tersebut menyebabkan korban tewas berjumlah delapan orang, tiga di antaranya pegawai KAI, dan puluhan orang mengalami luka-luka. “Kemungkinan KA penumpang Limex Sriwijaya berada di jalur yang salah, karena KA barang Babaranjang memang telah lebih dahulu berada di jalur dua dan dalam kondisi berhenti,” katanya, saat dihubungi SH, Sabtu (16/8).
Disebutkan, KA Babaranjang merupakan kereta barang yang mengangkut batu bara kosong, sementara KA Limex Sriwijaya mengangkut penumpang kelas bisnis dan eksekutif. Adi menuturkan, sejumlah korban yang tewas sedang berdiri di bagian persambungan kereta. Dan masinis KA Limex mengalami luka akibat terkena pecahan kaca.
Upaya pertolongan pertama dilakukan dengan mengevakuasi para korban ke rumah sakit terdekat, yakni RS Abdul Muluk, RS Advent, dan RS Immanuel. “Saat ini pun, petugas masih lakukan evakuasi,” ujarnya.
Ketika ditanya soal penyebab kecelakaan, Adi, belum dapat dipastikan penyebab kecelakaan. “Masih banyak kemungkinan, bisa karena human error atau tidak berfungsinya dengan baik sistem persinyalan di stasiun. Pihak kami sedang melakukan penyelidikan untuk mendapatkan keterangan yang pasti,' ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Pihak KAI menyatakan permohonan maaf atas kejadian Sabtu pagi ini. “Kami turut prihatin dan berusaha untuk memberikan pertolongan kepada korban sesegera mungkin,” ujarnya.
Jurubicara anggota Ko-misi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) J.A. Barata menyatakan, pihaknya telah mengirimkan tim KNKT untuk melakukan investigasi dan penelitian perihal kecelakaan tersebut. “Siang ini tim KNKT akan dikirim ke lokasi,” ujarnya.
Tim investigasi KNKT terdiri dari Kun Sabdono sebagai kepala investigasi, Kartono, Wahyu Dianto, Mumuh, Muchtar, dan Luki.
Barata menuturkan, hasil investigasi dan penelitian tim KNKT di lapangan akan diuji dan dianalisis untuk menghasilkan data dan keterangan yang jelas dan pasti untuk dijadikan bahan rekomendasi pemeriksaan lebih lanjut.
Namun, katanya, untuk saat ini pihak KAI bisa melakukukan penindakan sesuai dengan mekanisme dan SOP yang ada, tanpa harus menunggu hasil KNKT. “Hasil investigasi KNKT berguna untuk waktu akan datang, supaya kecelakaan tidak berulang terjadi,” paparnya. (ellen piri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar